Kamis, 16 April 2009

Kebersahajaan

Jumat, 10 April 2009

Kebersahajaan

Oleh M Mahbubi Ali

Sejarah hidup Rasulullah SAW banyak mengajarkan tentang kesederhanaan dan kebersahajaan. Sebagai seorang pemimpin besar, beliau tak pernah memakai baju kebesaran atau mahkota bertahtakan manikam.

Rasulullah SAW juga tak pernah tidur di atas kasur empuk. Sebaliknya, tidur beralaskan tikar pandan. Ketika bangun, para sahabat dapat melihat bekas alas tikar di sekujur tubuhnya. Tak jarang, Rasulullah SAW harus mengganjal perutnya untuk menahan lapar, karena tak punya sedikit pun makanan.

Saat wafat, Rasulullah SAW tidak mewariskan harta apa pun kepada keluarganya. Yang diwariskan hanyalah karakter kepemimpinan, prinsip kebersamaan, keindahan perilaku, kejujuran, dan kebersahajaan. Saat wafat pula, Muhammad SAW masih sempat menanyakan nasib umatnya.

Kecintaan dan kekhawatiran terhadap umatnya, melebihi kecintaan dan kekhawatiran terhadap diri dan keluarganya sendiri. Seorang pemimpin sejatinya bisa meneladani kesederhanaan dan kebersahajaan Rasulullah SAW.Kebersahajaan semestinya menjadi karakter yang harus dimiliki setiap pemimpin dalam level manapun. Dengan kebersahajaan, pemimpin akan menghargai usaha-usaha orang lain. Itu pula mengapa kebersahajaan selalu dihargai orang lain.

Dengan kebersahajaan, pemimpin tak akan pongah pada jabatan dan hartanya. Sebab, kebersahajaan pada dasarnya sikap untuk tidak berpusat pada diri sendiri, dan tak merasa bangga pada apa yang dimiliki. Kebersahajaan pada muaranya akan membuahkan sikap rendah hati. Seseorang yang rendah hati tidak dapat dijatuhkan dengan cercaan dan tak akan terlena dengan pujian. Pemimpin yang bersahaja tidak memedulikan penilaian atas prestasi yang dicapai. Sebab, ia bekerja hanya untuk kepentingan umat tanpa berharap pamrih dan apresiasi berlebih.

Sesungguhnya, kebesaran seseorang tidak ditentukan dengan sikap keakuan dan kepongahan. Kebesaran juga tidak ditentukan oleh atribut dan aksesori keduniaan yang profan. Tapi, kebesaran dan kemuliaan itu terletak pada sikap rendah hati dan kebersahajaan tadi.

Rasulullah SAW bersabda, ''Siapa yang rendah hati (tawadhu'), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan siapa yang sombong Allah akan menghinakannya.''Saat ini kebersahajaan menjadi makhluk langka, lebih-lebih pada pribadi para pemimpin kita. Mereka seakan makin jauh terperosok dalam dunia hedonis-materialistik. Padahal, rakyat sangat membutuhkan sosok pemimpin yang menjadi teladan, mengayomi, bertanggung jawab, dan berwibawa, tapi bersahaja. Seperti yang terpotret dalam kepemimpinan Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar