Kamis, 16 April 2009

Meluruskan Jiwa

Sabtu, 11 April 2009

Meluruskan Jiwa


Oleh Aji Payumi

Di kala manusia menjadikan jiwanya sebagai sumber kebahagiaan dan kesengsaraan hidup, Alquran menaruh perhatian besar untuk meluruskan jiwa itu dengan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik.

''Dan, jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan, sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.'' (QS Asysyams [91]: 8-10).Allah SWT telah bersumpah dengan kesempurnaan dan kesiapan jiwa manusia untuk menerima kefasikan dan ketakwaan. Artinya, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jiwa kita dengan dua jalan, yaitu jalan kebaikan dan kejahatan.

Maka itu, barang siapa yang menginginkan jalan kebahagiaan dan keberuntungan, hendaknya ia menempuh jalan kebaikan serta menyucikannya. Sebaliknya, barang siapa yang menginginkan jalan kecelakaan dan kerugian, hendaknya ia menempuh jalan kejahatan lalu mengotorinya dengan hal-hal tercela. Naudzubillahi min dzalik.Di Alquran, ada beberapa fondasi yang mampu menopang tegak dan lurusnya jiwa manusia. Di antaranya, pertama, mengesakan Allah SWT dan tak menyekutukan-Nya. Inilah fondasi dasar paling esensial untuk meluruskan jiwa kita.

Sebagaimana Luqman Alhakim pertama kali menasihati putranya dengan nasihat ini, ''Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.''Kedua, mendirikan shalat. Shalat merupakan penyempurnaan jiwa manusia, sebagaimana amar makruf dan nahi munkar adalah penyempurna kebaikan dan kesabaran menghadapi musibah dan ketetapan Allah SWT.

Ketiga, bersikap tawadhu (merendahkan diri) dan tidak sombong dengan memalingkan muka dari manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah, ''Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di bumi ini dengan sombong, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.'' (QS Luqman [31]: 18).

Keempat, sederhana dalam berjalan. Artinya, tak terlalu cepat dan tidak terlalu lamban. Rasulullah SAW bersabda, ''Berjalan cepat akan menghilangkan wibawa orang Mukmin.'' (Al-hadis).Terakhir, merendahkan suara dalam berbicara, karena meninggikan suara merupakan hal tercela, ibarat suara keledai. (QS Luqman [31]: 19).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar